Ujian Duniawi

UJIAN DUNIAWI

Segala  puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Tuhan semesta alam, Yang Maha Esa lagi Tunggal, dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tiada sekutu bagi-Nya,

قال الله تعالى: ﴿ هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ﴾ [ الحشر : 22]

”Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ”. [Al-Hasyr/59: 22]

Dan aku bersaksi bahwa peminpin kami Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul utusan Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang di utus sebagai pembawa rahmat bagi Alam semesta, sebagai pembawa petunjuk dan pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Ya Allah sampaikanlah shalawat dan salam serta keberkahan kepada hamba dan Rasul-Mu Nabi Muhamad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan seluruh sahabat beliau serta semua orang yang mulia dan bertaqwa dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan sampai hari kiamat. Amma Ba’du

Sesungguhnya di antara nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla yang paling besar bagi orang-orang yang beriman, dan karunia -Nya yang paling agung bagi seluruh mahluk adalah satu karunia yang tidak ada bandingan nya, nikmat yang tidak ada satupun yang bisa menandinginya yaitu risalah penutup para Nabi yang diturunkan bagi manusia. Maka syukurilah nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla tersebut, tunaikanlah hak-haknya dengan mentauladani cara hidup Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti sunah-sunah beliau.

قال الله تعالى: ﴿ يَمُنُّونَ عَلَيۡكَ أَنۡ أَسۡلَمُواْۖ قُل لَّا تَمُنُّواْ عَلَيَّ إِسۡلَٰمَكُمۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيۡكُمۡ أَنۡ هَدَىٰكُمۡ لِلۡإِيمَٰنِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴾ [ الحجرات: 17]

”Mereka merasa Telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa Telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, Sebenarnya Allah, dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar” [Al Hujurat/49: 17]

Seandainya seorang muslim merenungkan keagungan nikmat ini, yaitu nikmat Islam, niscaya hatinya akan bergetar dan dia pasti menyadari keagungan dan manfaat nikmat yang agung ini. Dengannya Allah Shubhanahu wa ta’alla membuka hati yang terkunci, telinga yang tuli, mata yang buta, dan denganya Allah Shubhanahu wa ta’alla mengelurkan manusia dari kegalapan menuju cahaya, dari kesesatan menuju petunjuk, dari kebodoahan menuju pengetahuan, dari kehinaan menuju kemuliaan dan dari dunia kezaliman menuju keadilan.

Risalah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam diturunkan  dari langit  pada masa kejahiliayahan merajalela, syhawat menjadi barometer, hawa nafsu menjadi tuntunan. Manusia menyembah selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, padahal Dia lah Pemberi rizki namun masyarakat justru meminta kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla Yang Maha Kuasa:

قال الله تعالى: ﴿ وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰىهُمْ اَنْفُسَهُمْۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ ﴾ [ الحشر : 19]

Hai orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. [Al-Hasyr/59: 19].

Maka datanglah risalah Nabi Muhamad Shallallahu alaihi wa sallam dengan kepastian yang hakiki, keadilan dan kebenaran sehingga hati menjadi lunak, jiwa menjadi suci, budi pekerti menjadi lurus dan membuka bagi manusia sebuah paradigma baru tentang akibat, kemaslahatan dan menolak kerusakan. Sehingga terbentuklah sebuah umat yang bersatu, saling bahu membahu, saling tolong menolong dan saling memaafkan sama seperti sebuah bangunan yang saling mendukung satu sama lainnya, dan seperti tubuh yang satu, yang apabila salah satu anggota tubuh tersebut tertimpa penyakit maka anggota tubuh yang lain ikut  merasakan rasa sakit.

قال الله تعالى: ﴿ لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ بَعَثَ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ ﴾ [ آل عمران : 164 ]

”Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. [Ali Imran/3: 164].

Wahai sekalian orang yang beriman…. setelah itu, setelah beriman dan mendapat petunjuk serta ber-istiqomah dalam petunjuk tersebut akan terjadi fitnah yang akan menghampiri seorang muslim, dia adalah ujian dan cobaan untuk menguji kekuatan iman seorang muslim dan komitmennya terhadap agamanya serta tingkat kesabarannya dalam berpegang teguh dengannya. Ujian ini sebagai cobaan terhadap kekuatan keimanan seseorang. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالى: ﴿ الٓمٓ ١ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ﴾ [ العنكبوت: 1-2 ]

”Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami Telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” [Al-Ankabut/29: 1-2].

Baca Juga  Jangan Kau Makan Daging Saudaramu

Ujian tersebut dipertegas di dalam firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى: ﴿ وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴾ [ البقرة : 155 ]

”Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. [Al-Baqarah/2: 155].

قال الله تعالى: ﴿ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ ﴾ [ الأنبياء: 35 ]

”kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. [Al Anbiya/21: 35].

Allah Ta’ala menegaskan bahwa sebelum terjadinya fitnah tersebut dia sebagai cobaan dan ujian. Adapun faktor-faktor yang bisa membawa keselamatan, kesuksesan dan kemenangan disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴾ [ البقرة : 153]

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. [Al-Baqarah/2: 153].

Allah berfirman:

قال الله تعالى: ( وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ﴾ [ البقرة : 155-156 ]

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”

Maka bersabar, mendirikan sholat dan menyerahkan segala urusan kepada Allah serTa mensyukuri nikmat adalah faKtor penting yang mengarahkan kepada kemenangan dan kesuksesa dan balasan bagi kesuksesan ini adalah firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى: ﴿ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ﴾ [ البقرة : 157]

”Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. [Al-Baqarah/2: 157].

Amirul mu’minin Umar bin Al Khattab Radhiallahu anhu berkata: “Sungguh baik sikap tersebut dan sungguh baik balasannya”.

Manfaat ujian ini adalah sebagaimana ditegaskan di dalam firman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى: ﴿ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ ﴾ [العكبوت : 11]

”Dan Sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang munafik”. [Al-Ankabut/29: 11]

Yaitu untuk mengetahui hati yang bersih lagi bersinar dengan cahaya keimanan,  hati yang pantas membawa amanah Allah Shubhanahu wa ta’alla dan menegakkan amanah tersebut serta menyampaikan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan berdak’wah kepadanya.

Buah ujian yang menghampiri orang yang beriman adalah derajat yang tinggi dalam keimanan dan ketaqwaan, selalu terdorong untuk mensucikan jiwa, membersihkan diri dari dosa, menguatkan semangat, melurusakan aqidah, memperkuat hubungan diri dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla, sehingga seorang yang beriman menjadi bersih, suci dan siap untuk menghadap Allah Shubhanahu wa ta’alla. Maka barangsiapa yang bersama Allah Shubhanahu wa ta’alla, bersabar atas segala ujian yang datang dari -Nya dan bersyukur terhadap nikmat-Nya maka Allah Shubhanahu wa ta’alla pasti bersamanya, diberikan baginya taufiq dan juga segala langkah-langkahnya dan dipelihara oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dari keburukan, ditunjuki jalan kebaikan dan dihindarkan dari segala keburukan. Inilah keadaan orang-orang beriman yang sebenarnya.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh mengherankan perkara orang-orang yang beriman, sebab semua perkaranya pasti baik, dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi orang-orang yang beriman, jika mendapat kebaikan maka dia bersyukur dan hal itu adalah terbaik baginya, dan jika mendapat keburukan maka dia bersabar dan hal itu lebih baik baginya”.

Inilah balasannya di dunia, sementara balasan yang akan didapatkannya di akherat kelak adalah disebutkan di dalam firaman Allah Ta’ala:

قال الله تعالى: ﴿ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ﴾ [ الزمر: 10 ]

”Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. [Az-Zumar/39: 10].

Balasannya tidak terukur, tidak ada bandingnya hal itu karena balasan tersebut datang dari karunia Allah Shubhanahu wa ta’alla Yang Maha Mulia dan Pemurah.

Disebutkan di dalam tafsir Ibnu Katsir dari Ali bin Al-Husain Radhiallahu anhuma berkata: Apabila Allah Shubhanahu wa ta’alla mengumpulkan orang-orang terdahulu dan terakhir pada sebuah padang yang luas, maka terdengarlah suara penyeru : Di manakah orang-orang yang selalu bersabar? Hendaklah mereka masuk surga sebelum dihisab. Perawi berkata : Maka berdirilah sekelompok orang yang disambut oleh para malaikat dan mereka berkata : Kemanakah kalian pergi wahai Bani Adam. Mereka menjawab: Menuju surga”. Sebelum dihisab?. Kata malaikat. “Ya”. Jawab mereka. Para malaikat bertanya kembali: Siapa kalian? “Kami orang-orang yang bersabar”. Jawab mereka. “Apakah bentuk kesabaran kalian”. Tanya malaikat kembali. “Kami bersabar dalam ketaatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan bersabar untuk tidak bermaksiat kepada-Nya sampai kami meninggal dunia”. Para malaikat menjawab: Kalian seperti apa yang kalian katakan, masuklah ke surga, sungguh balasan yang baik bagi orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Baca Juga  Dunia Lebih Jelek Daripada Bangkai

Wahai saudaraku seiman, sesungguhnya sebaik-baik kalam adalah kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhamad Shallallahu alaihi wa sallam. Wahai saudaraku seiman, di antara bentuk ujian yang menimpa kaum muslimin selama hidupnya di dunia adalah fitnah harta. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan :

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ  

“Sesunggunya dunia ini sangat manis dan hijau, sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah padanya, dan Dia akan melihat apakah yang kalian perbuat padanya. Maka takutlah terhadap dunia dan waspadalah terhadap wanita”.

Bagaimana harta bisa menjadi fitnah? Sebab terkadang seseorang mendapatkannya dengan cara yang haram, atau membelanjakan dan mengeluarkannya pada perkara yang diharamkan, atau terkadang seseorang dilalaikan menunaikan kewajiban syar’inya oleh perkara menumpuk-numpuk harta.

عَنْ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

Dari Ka’ab bin Malik al Anshori Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Dua serigala lapar yang dilepas menyerang sekawanan kambing, pengrusakannya tidak melebihi ambisi seseorang untuk memperoleh harta dan kemuliaan yang merusak agamanya.”

Ini adalah perumpamaan yang sangat agung di mana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan di dalam perumpamaan ini tentang rusaknya agama seseorang karena terlalu diperbudak harta dan kemegahan, yaitu sebuah kedudukan di dunia. Dan rusaknya agama seseorang oleh dua perkara tersebut tidaklah lebih kecil dibanding dengan kerusakan yang terjadi pada sekelompok kambing yang ditinggalkan oleh penggembalanya setelah didatangi oleh dua ekor serigala yang memakan sebagian dan mencakar bagian yang lain.

Salah seorang yang arif dan bijaksana pernah berkata : Ketamakan itu ada dua macam : Ketamakan yang bermanfaat dan ketamakan yang membawa petaka. Adapun ketamakan yang membawa manfaat adalah kesungguhan dalam taat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan ketamakan yang membawa bencana adalah ketamakan terhadap dunia. Dia disibukkan oleh duniawi, tersiksa, tidak merasakan kesenangan dan tidak pula mendapatkan ketenangan karena sibuk mengumpulkan harta duniawi, maka dia tidak bisa melepaskan kecintaannya terhadap dunia guna membangun rasa cinta terhadap akherat.

Seperti itulah gambaran tentang harta dunia, dan maksud dari penjelasan ini adalah bahwa keindahan harta duniawi tidak perlu dicela, dia adalah perwujudan nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang mesti dicela orang yang tidak menghiraukan cara untuk mendapatkan harta tersebut apakah didapatkannya dengan jalan yang dihalalkan atau diharamkan, lalu usahanya untuk menumpuk-numpuk harta tersebut membuatnya lalai untuk taat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla. Seseorang terkadang terlihat begitu rakus mengumpulkan dan menambah harta benda lalu dia tidak menunaikan hak-hak Allah Shubhanahu wa ta’alla pada hartanya, seprti zakat, shadaqah dan memanfaatkan harta untuk membangun hubungan silaturrahmi. Hal inilah yang dijelaskan oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla di dalam firman-Nya:

قال الله تعالى: ﴿ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ﴾ [ الحشر : 9 ]

”dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. [Al Hasyr/59: 09].

Di dalam sunan Abu Dawud disebutkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhum bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا

“Hindarilah sifat kikir, karena sesungguhnya kekikiran tersebut telah membinasakan orang-orang sebelum kalian, Mereka disuruh untuk memutuskan hubungan silaturahmi maka merekapun memutuskannya, mereka disuruh untuk kikir maka merekapun berlaku kikir dan merekapun diperintahkan untuk berlaku aniaya maka mereka melakukan aniaya”.

Di dalam shahih Muslim dari Jabir bin Abdullah dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ

“Hindarilah kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak!  Hindarilah perilaku kikir, sebab kekikiran tersebut telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Sebab, kekirian tersebut telah membawa mereka untuk saling membunuh dan menghalalkan apa-apa yang menjadi bagian mereka”.

[Disalin dari امتحان الدنيا   (Ujian Duniawi) Penulis : Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir , Penerjemah Muzaffar Sahidu. Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]