Hadits di Dalam Kitab At-Targhiib wat Tarhiib yang Membahas Ikhlas dan Perhatian Atas Sikap Riya’
HADITS DI DALAM KITAB AT-TARGHIIB WAT TARHIIB1 YANG MEMBAHAS IKHLAS DAN PERHATIAN ATAS SIKAP RIYA2
- Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada haji Wada’ beliau bersabda:
نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بفَقِيهٍ، ثَلاَثٌ لاَ يُغَلُّ عَلَيْهِنَّ، قَلْبُ امْرِئٍ مُؤْمِنٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ ِللهِ، وَالْمُنَا صَحَةُ ِلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ، وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ، فَإِنَّ دُعَاءَهُمْ يُحِيْطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
“Semoga Allah memberikan cahaya3 di wajah seseorang yang mendengarkan ucapanku lalu ia menjaganya (memahaminya), karena banyak sekali orang yang menghafal ilmu tetapi dia sama sekali tidak memahaminya, ada tiga hal yang menjaga seorang mukmin dari sifat khianat 4: ikhlas dalam beramal karena Allah, menasihati para pemimpin umat Islam dan selalu menyertai jama’ah, karena do’a-do’a mereka selalu menjaga mereka dari belakang.”
- Diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad dari bapaknya Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya beliau menyangka bahwa dirinya mendapatkan harta rampasan yang lebih dari para Sahabat yang lainnya, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihin wa sallam bersabda:
إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذِهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ وَصَلاَتِهِمْ وَإِخْلاَصِهِمْ.
“Sesungguhnya Allah akan menolong umat ini hanya dengan orang-orang lemah dari kalangan mereka, dengan do’a-do’a mereka, shalat mereka dan keikhlasan mereka.”
Diriwayatkan dari Abud Darda’ Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
اَلدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ مَا ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُ اللهِ.
“Dunia itu terlaknat, semua yang ada di dalamnya terlaknat kecuali sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah.”
- Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَشِّرْ هَذِهِ اْلأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالدِّيْنِ وَالرِّفْعَةِ وَالتَّمْكِينِ فِي اْلأَرْضِ فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ اْلآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ.
“Berilah kabar gembira kepada umat ini dengan kemegahan, agama, keluhuran, kemenangan dan kedudukan di muka bumi, lalu barangsiapa yang melakukan amal akhirat dengan tujuan dunia, maka tidak ada baginya satu bagian pun dari (kebahagiaan) di akhirat.”
- Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَمَّعَ النَّاسَ بِعَمَلِهِ سَمَّعَ اللهُ بِهِ مَسَامِعَ خَلْقِهِ وَصَغَّرَهُ وَحَقَّرَهُ.
‘Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya kepada orang lain, maka Allah akan memperdengarkan semua (keburukannya) di hadapan semua makhluk, Dia juga akan menghinakannya dan merendahkannya.’”
- Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُوْمُ فِي الدُّنْيَا مَقَامَ سُمْعَةٍ وَ رِيَاءٍ، إِلاَّ سَمَّعَ اللهُ بِهِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَ ئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Tidak seorang hamba pun yang melakukan (satu amal) di dunia karena ingin didengar dan dilihat oleh orang lain, kecuali Allah akan memperdengarkan keburukannya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat.”
- Diriwayatkan dari Rubaih bin ‘Abdirrahman bin Abi Sa’id al-Khudri dari bapaknya dari kakeknya Radhiyallahu anhum, beliau berkata:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكُـمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟ فَقُلْنَا: بَلَى يَا رَسُوْلَ الله فَقَالَ: الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ فَيُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada kami, adapun kami sedang berbicara tentang al-Masihud Dajjal, lalu beliau berkata, ‘Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang lebih aku takuti terhadap kalian daripada fitnah al-Masihud Dajjal?’ Kami semua menjawab, ‘Tentu saja,’ lalu beliau bersabda, ‘Ia adalah syirik yang tersembunyi, yaitu seseorang melakukan shalat, lalu dia memperindah shalatnya karena ada orang lain melihatnya.’”
- Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid Radhiyallahu anhu, beliau berkata:
خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ! إِيَّاكُمْ وَشِرْكَ السَّرَائِرِ، فَقَالُوْا: يَارَسُوْلَ اللهِ! وَمَا شِرْكُ السَّرَائِرِ؟ قَالَ: يَقُوْمُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّى فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ جَاهِدًا لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ النَّاسِ إِلَيْهِ، فَذَلِكَ شِرْكُ السَّرَائِرِ.
“Rasulullah keluar dan berkata: ‘Wahai Manusia! Berhati-hatilah kalian terhadap syirik yang tersembunyi,’ mereka semua bertanya, ‘Wahai Rasulullah apakah syirik yang tersembunyi itu?’ Rasulullah menjawab, ‘Seseorang yang melakukan shalat, lalu memperindah shalat yang dilakukannya karena ada orang lain yang melihatnya, itulah syirik yang tersembunyi.’”
- Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid Radhiyallahu anhu pula, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ قَالُوا: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّى لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جَزَي النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ: اِذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاؤُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً؟
“Sesungguhnya yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirik kecil,” para Sahabat bertanya, ‘Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Ia adalah riya’,’ Allah Azza wa Jalla berkata kepada mereka pada hari Kiamat ketika semua manusia dibalas atas amal perbuatannya, “Pergilah kalian kepada orang-orang di mana kalian semua melakukan amal karena mereka, apakah kalian menemukan balasan dari mereka?”
- Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا جَمَعَ اللهُ اْلأَوَّلِيْنَ واْلآخِرِيْنَ لِيَوْمِ اْلقِيَامَةِ، لِيَوْمٍ لاَ رَيْبَ فِيْهِ، نَادَى مُنَادٍ: مَنْ كَانَ أَشْرَكَ فِي عَمَلِِهِ ِللهِ أَحَدًا فَلْيَطْلُبْ ثَوَابَهُ مِنْ عِنْدِهِ، فَإِنَّ اللهَ أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ
“Jika Allah mengumpulkan orang terdahulu dan yang terakhir pada hari Kiamat, yaitu hari yang tidak diragukan lagi kebenarannya, berserulah seorang penyeru dengan berkata, ‘Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan makhluk-Nya di dalam amal yang seharusnya diperuntukkan kepada Allah, maka carilah pahala amalnya itu kepada sekutunya tersebut, karena sesungguhnya Allah sama sekali tidak membutuhkan sekutu.’
Diriwayatkan dari Abu ‘Ali –seseorang dari Bani Kahil– dia berkata, “Abu Musa al-Asy’ari berkhutbah di hadapan kami dengan berkata, ‘Wahai manusia jagalah diri kalian dari syirik ini, karena ia lebih lembut daripada langkahnya semut,’ lalu ‘Abdullah bin Hazn dan Qais bin al-Mudharib menghadap kepadanya, mereka berdua berkata, ‘Demi Allah, engkau akan keluar karena apa yang engkau katakan, atau kami akan datang kepada ‘Umar dengan seizinnya maupun tidak,’ lalu beliau berkata, ‘Bahkan aku akan keluar karena apa yang aku katakan, pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah, ‘Wahai manusia jagalah diri kalian dari perbuatan syirik, karena ia lebih tersembunyi dari langkahnya semut,’ lalu beliau mengatakan sesuatu, seseorang bertanya, ‘Bagaimana kita dapat menjaga diri kita dari-nya sedangkan ia lebih lembut dari langkahnya semut wahai Rasulullah?’ Rasul bersabda, ‘Ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ نَعْلَمُهُ.
‘Ya Allah, kami memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan syirik kepada-Mu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampunan dari-Mu terhadap yang tidak kami ketahui.’
[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]
_____
Footnote
1 Kitab at-Targhiib wa at-Tarhiib adalah sebuah karya al-Mundziri rahimahullah, kitab ini terdiri dari empat jilid, dan guru kami al-Albani rahimahullah telah mentahqiq hadits-haditsnya dengan mem-baginya menjadi dua bagian, Shahiihut Targhiib wat Tarhiib dan Dha-iifut Targhiib wa Tarhiib.
2 Semua hadits ini dinukil dari jilid yang pertama, yaitu at-Targhiib fil Ikhlaash wash Shadaqah wan Niyyaatush Shaalihah, begitupula at-Tarhiib minar Riyaa’.
3 Dijelaskan di dalam kitab an-Nihaayah, makna kalimat tersebut adalah memberikan nikmat, makna asalnya adalah paras yang elok, sedangkan yang dimaksud dari ungkapan di sini adalah akhlak dan rizkinya yang baik.
4 Maknanya adalah orang tersebut tidak akan dimasuki oleh sifat iri dan dengki yang menjadikan dirinya keluar dari kebenaran.
- Home
- /
- A4. Syarat Diterimanya Ibadah
- /
- Hadits di Dalam Kitab...