Muslim Belum Tentu Mukmin

MUSLIM BELUM TENTU MUKMIN

Pertanyaan.
Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam al-Qur’an:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Orang-orang Arab badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah, “Kalian belum beriman, tapi katakanlah, ‘Kami telah berislam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian, dan jika kalian taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujurat/49:14]

Apa makna ayat ini? Apakah ada beda antara iman dan Islam?

Syaikh Shalih fauzan hafizhahullâh menjawab[1]:
Agama Islam mempunyai tiga tingkatan. Pertama, islam, kemudian (kedua) yang lebih tinggi dari islam yaitu iman dan tingkatan ketiga yang paling tinggi yaitu ihsan. Tentang tiga tingkatan ini telah diterangkan dalam hadits Jibril Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dalam hadits itu disebutkan bahwa Jibril Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masing-masing tingkatan ini dan dijawab oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian diakhir hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para Sahabatnya setelah orang asing yang bertanya itu pergi:

Dialah Jibril Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang datang kepada kalian untuk mengajari kalian urusan agama kalian.  [HR.Al-Bukhâri, no. 50 dan Muslim, no.7]

Dalam hadits ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkannya secara berurutan, mulai dari urutan yang paling rendah lalu yang lebih tinggi kemudian yang paling tinggi.

Terkait ayat di atas, ketika orang-orang arab badui (pedalaman) itu datang kepada Nabi di awal-awal keislaman mereka dan mengklaim diri mereka telah sampai pada martabat yang sebenarnya belum mereka capai. Mereka baru berada pada tingkatan Islam (berislam) namun mengklaim telah berada pada tingkatan iman (beriman), padahal mereka belum sampai pada tingkatan itu. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla menjawab pernyataan mereka ini  dengan firman-Nya:

قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Baca Juga  Bumi Dan Langit Berlapis Tujuh

Orang-orang Arab badui itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah, “Kalian belum beriman, tapi katakanlah, ‘Kami telah berislam (tunduk)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian, dan jika kalian taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Hujurat/49:14]

Jadi, mereka di awal-awal keislaman mereka belum tertanam keimanan yang mantap dalam hati mereka. Meski mereka telah memiliki keimanan, namun keimanan mereka masih sangat rapuh atau kadar keimanannya masih sedikit.

Dan dari firman Allâh Azza wa Jalla , yang artinya, “karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian,bisa dipahami bahwa keimanan itu akan masuk dalam hati mereka di belakang hari. Mereka ini bukan orang-orang kafir atau munafik. Mereka ini kaum Muslimin, mereka sudah memiliki iman akan tetapi kadarnya masih sedikit, sehingga belum berhak disebut sebagai kaum Mukminin. Kelak, keimanan akan tertanam kuat dalam hati mereka, berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla , yang artinya, ” karena iman itu belum masuk ke dalam hati kalian,

Adakah beda antara Islam dan iman? Kata Islam dan iman jika disebutkan secara bersamaan (dalam satu kalimat atau konteks-red) maka masing-masing memiliki makna yang berbeda. Maksudnya, Islam memiliki makna sendiri begitu juga kata iman  memiliki arti tersendiri, sebagaimana dalam hadits Jibril Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dia bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً

Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi (dengan benar) kecuali Allâh dan engkau bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allâh, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat dan engkau berpuasa di bulan Ramadhan serta berhaji ke Baitullah jika engkau mampu melakukan perjalanan kesana.

Jibril Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang iman, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

Baca Juga  Hukum Ucapan Sesungguhnya Allah Berada Di Setiap Tempat

الإِيْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Iman adalah engkau beriman kepada Allâh, beriman kepada para Malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, beriman kepada para rasul-Nya, mengimani hari akhir dan engkau beriman dengan taqdir, baik yang bagus maupun yang buruk. [HR. Al-Bukhâri dan Muslim]

Berdasarkan penjelasan ini, bisa disimpulkan, bahwa islam itu merupakan gambaran dari ketundukan secara zhahir atau fisik, sementara iman merupakan ketundukan hati kepada Allâh.

Ini jika kedua kata itu disebutkan dalam konteks yang sama.

Adapun jika kedua kata itu disebutkan dalam konteks yang berbeda, maksudnya kata “Islam” saja yang disebutkan atau kata iman saja, maka makna masing-masing kata masuk ke kata yang satu itu. Misalnya, jika kata islam saja yang disebutkan maka makna kata “iman” masuk dalam  satu kata Islam itu. Begitu juga jika yang disebutkan hanya kata iman, maka makna islam masuk dalam kata  iman tersebut. Oleh karena itu, para ahli ilmu mengatakan bahwa kedua kata itu, jika disebutkan bersama maka maknanya berbeda dan jika disebutkan terpisah, maka maknanya menyatu.

Jadi, iman menurut ahli sunnah wal jamaah adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.

Dengan pengertian ini, maka makna Islam masuk disitu. Karena pengertian Islam  adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Demikian juga iman

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XXI/1439H/2018M.  Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196. Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1]  Majmu’ Fatawa syaikh Shalih Fauzan, hlm. 10-12

  1. Home
  2. /
  3. A3. Aqidah Tauhid Soal...
  4. /
  5. Muslim Belum Tentu Mukmin