Akibat Buruk yang Disebabkan oleh Riya’
AKIBAT BURUK YANG DISEBABKAN OLEH RIYA’
1. Kehancuran umat
Sebagaimana dijelaskan di dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa keikhlasan adalah di antara sebab kemenangan umat ini, akhirnya jika tidak ada kemenangan, maka kehancuranlah yang akan timbul.
2. Siksa di akhirat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ﴿٤﴾الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ﴿٥﴾الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya.“ [Al-Maa’uun: 4-6]
Telah dijelaskan sebelumnya hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu tentang tiga orang yang disiksa, yaitu seorang alim, seorang pembaca al-Qur-an dan seseorang yang mati di medan perang, di dalam hadits tersebut dijelaskan bagaimana mereka semua dicampakkan ke dalam Neraka karena sikap riya’ yang mereka lakukan.
3. Kesesatan yang selalu bertambah di dunia
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah/2: 10]
Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad, yakni Sa’ad bin Abi Waqqas Radhiyallahu anhu kepada ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, dan akhirnya beliau menjadikan ‘Ammar sebagai penggantinya. Mereka mengadukan sehingga menyebutkan bahwa beliau tidak bisa melakukan shalat dengan baik, kemudian ‘Umar mengirim seorang utusan, dia berkata, ‘Wahai Abu Ishaq mereka semua mengadu tentang dirimu, bahwa engkau tidak bisa melakukan shalat dengan baik.’ Lalu beliau berkata, ‘Demi Allah, aku melakukan shalat sebagaimana Rasulullah melakukannya dengan tidak menguranginya sedikit pun, aku melakukan shalat ‘Isya dengan memanjangkan dua raka’at pertama dan meringankan dua raka’at terakhir.’ ‘Umar berkata, ‘Itu hanya prasangka kamu saja, wahai Abu Ishaq.’ Akhirnya beliau mengirim seorang utusan (atau beberapa utusan ke Kufah) untuk bertanya kepada penduduk Kufah, sang utusan tidaklah melewatkan satu masjid pun di sana kecuali menanyakannya, sedangkan mereka selalu saja memujinya sehingga masuklah sang utusan ke Masjid Bani ‘Absin, seseorang dari mereka, yang bernama Usamah bin Qatadah dengan kunyah Abu Sa’dah berdiri dan berkata, ‘Jika Anda menuntut kami untuk berbicara, maka sesungguhnya Sa’ad sama sekali tidak bisa berjalan dengan pasukan, tidak bisa membagikan bagian dengan adil dan tidak bisa adil di dalam memutuskan sesuatu.’ Sa’ad berkata, ‘Sungguh demi Allah, Aku akan mendo’akannya dengan tiga hal; Ya Allah! Seandainya hambamu ini bohong, berdiri karena riya’ dan karena ingin didengar orang lain, maka panjangkanlah umurnya, dan langgengkanlah kefakiran dan segala fitnah kepadanya.’ Setelah itu jika orang tersebut ditanya, maka dia menjawab, ‘Orang tua yang terkena fitnah, do’a Sa’ad telah menimpaku.’” ‘Abdul Malik bin ‘Umar, seorang perawi dari Jabir bin Samurah berkata, “Setelah itu aku lihat dua bulu alisnya sudah jatuh ke mata karena tua, dan sesungguhnya jika dia bertemu dengan para gadis, dia suka menggodanya dengan kedipan mata.” [Muttafaq ‘alaihi]
4. Penghuni langit membenci orang yang bersikap riya’
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ قَالَ: فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ قَالَ: ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي اْلأَرْضِ وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ: إِنِّي أُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضْهُ، قَالَ: فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضُوهُ، قَالَ: فَيُبْغِضُونَهُ ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي اْلأَرْضِ
“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan berseru kepada Jibril, lalu berkata, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia,’ kemudian Jibril pun mencintainya dan berseru kepada penghuni langit dengan berkata, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia,’ kemudian semua penghuni langit pun mencintainya, lalu ditetap-kan baginya keridhaan manusia di muka bumi. Dan jika Allah membenci seorang hamba, maka Dia akan berseru kepada Jibril, lalu berkata, ‘Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah ia,’ lalu Jibril pun membencinya, dan berseru kepada penghuni langit dengan berkata, ‘Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah ia, kemudian ditetapkanlah baginya kebencian (manusia terhadapnya) di bumi.’” [HR. Muslim]
5. Kebencian penghuni bumi
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits terdahulu.
6. Kegoncangan hati dan kesengsaraan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. [Thaaha/: 124]
7. Ancaman dengan Su-ul Khatimah (kesudahan hidup yang jelek)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada se-bagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah me-ngetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawan-nya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau di-timpa adzab yang pedih.” [An-Nuur/24: 63]
8. Keburukan orang yang berbuat riya’ akan ditampakkan di hadapan semua makhluk
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُوْمُ فِي الدُّنْيَا مَقَامَ سُمْعَةٍ وَ رِيَاءٍ، إِلاَّ سَمَّعَ اللهُ بِهِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَ ئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Tidak seorang hamba pun yang melakukan (sebuah amal) di dunia karena ingin didengar dan dilihat oleh orang lain, kecuali Allah akan memperdengarkan keburukannya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat.”1
[Disalin dari buku “IKHLAS: Syarat Diterimanya Ibadah” terjemahkan dari Kitaabul Ikhlaash oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah. Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit PUSTAKA IBNU KATSIR Bogor]
______
Footnote
1 Shahiih at-Targhiib, jilid pertama.
- Home
- /
- A4. Syarat Diterimanya Ibadah
- /
- Akibat Buruk yang Disebabkan...