Shalawat Para Malaikat Bagi Orang yang Bershalawat
SHALAWAT PARA MALAIKAT BAGI ORANG YANG BERSHALAWAT ATAS NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Oleh
Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi
Di antara orang-orang yang berbahagia dengan shalawat dari para Malaikat adalah orang-orang yang bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara dalil yang menunjukkan ungkapan tersebut adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma, ia berkata:
مَنْ صَلَّى عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَمَلاَئِكَتُهُ سَبْعِيْنَ صَلاَةً, فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ.
“Barangsiapa yang bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekali saja, maka Allah dan para Malaikatnya akan bershalawat kepadanya sebanyak tujuh puluh shalawat, maka sedikitkanlah atau perbanyaklah seorang hamba dalam membacanya.”[1]
Allaahu Akbar! Sungguh sebuah amal yang sangat mudah untuk dilakukan tetapi memiliki pahala yang sangat besar. Seorang hamba bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya sekali saja, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala beserta para Malaikat bershalawat kepadanya sebanyak tujuh puluh kali. Demi Rabb Ka’bah, sungguh jika Allah memberikan sekali shalawat saja, maka itu sudah cukup, apalagi jika hal tersebut dilakukan dengan tujuh puluh kali, ditambah lagi dengan shalawat para Malaikat.
Walaupun hadits ini berada dalam hukum mauquf kepada ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma, sesungguhnya hadits ini bisa dimasukkan ke dalam hukum marfu’, karena hadits ini tidak bisa diungkapkan dengan akal. Para ulama -semoga Allah merahmati mereka semua- telah menjelaskan hal tersebut, di antaranya adalah ungkapan berikut:
1. Al-‘Allamah as-Sakhawi berkata: “Hadits ini masuk ke dalam hukum marfu’ karena tidak ada ruang ijtihad di dalamnya.”[2]
2. Syaikh Ahmad ‘Abdurrahman al-Banna berkata: “Hadits ini mauquf kepada ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma, akan tetapi masuk ke dalam hukum marfu’, karena hadits yang seperti ini tidak mungkin diungkapkan dengan akal, apalagi telah diriwayatkan oleh م دمذ secara marfu’[3] dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhuma bahwa beliau mendengar hal tersebut dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا.
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.”
Hadits ini menguatkan bahwa hadits pada bab ini berada dalam hukum marfu’.”[4]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan memperbanyak membaca shalawat kepada beliau.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, dari ayahnya Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلاَتِيْ؟ فَقَالَ: مَا شِئْتَ، قُلْتُ: الرُّبُعَ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: النِّصْفَ؟ قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: أَجْعَلْ لَكَ صَلاَتِيْ كُلَّهَا. قَالَ: إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ.
“Aku bertanya: ‘Wahai Rasulullah, aku hendak memperbanyak shalawat kepadamu[5], berapa banyakkah aku harus bershalawat kepadamu?’[6] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Berapa saja sekehendakmu.’ Aku katakan: ‘Seperempat?’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Terserah engkau, dan jika engkau menambahnya, maka itu adalah suatu kebaikan bagimu.’ Aku katakan: ‘Setengah?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Terserah engkau, dan jika engkau menambahnya, maka itu adalah sebuah kebaikan bagimu.’ Aku katakan: ‘Dua pertiga?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Terserah engkau, dan jika engkau menambahnya, maka itu adalah sebuah kebaikan bagimu.’ Aku kata-kan: ‘Aku akan menjadikan shalawat kepadamu seluruhnya.[7]’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika demikian, maka semua keinginanmu terpenuhi, dan dosamu akan diampuni.’”[8]
Di antara hal yang dapat kita fahami dari hadits ini bahwa siapa yang memperbanyak shalawat kepada Allah, di mana dia lebih mementingkannya daripada do’a untuk dirinya sendiri, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memenuhi semua keinginannya yang berhubungan dengan masalah dunia atau akhirat, dan dosanya pun akan diampuni.
Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku menggantikan semua do’aku dengan shalawat?’
Beliau menjawab: ‘Jika demikian, maka semua keinginanmu akan dipenuhi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik keinginan dunia atau akhirat.’”[9]
Al-Imam ath-Thaibi ketika menjelaskan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika demikian, maka semua keinginanmu akan dipenuhi,” beliau berkata: “Maknanya adalah semua keinginan dunia dan akhiratmu akan terpenuhi, karena bershalawat kepada beliau mencakup berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus penghormatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga merupakan sebuah pengorbanan hak diri sendiri dengan tulus dari hati mereka. Sungguh sebuah amal mulia yang keluar dari hati yang agung dan merupakan sebuah amal yang memiliki akibat yang terpuji.[10]
Semoga dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kita dijadikan sebagai orang-orang yang masuk ke dalam golongan mereka, yaitu orang-orang yang memiliki akhlak terpuji dan perbuatan yang mulia.
Amiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
[Disalin dari buku Man Tushallii ‘alaihimul Malaa-ikatu wa Man Tal‘anuhum, Penulis Dr. Fadhl Ilahi bin Syaikh Zhuhur Ilahi, Judul dalam Bahasa Indonesia: Orang-Orang Yang Di Do’aka Malaikat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1] Al-Musnad (X/106-107 no. 6605). Al-Hafizh al-Mundziri menghasankan sanad hadits ini, begitu pula al-Hafizh al-Haitsami, al-‘Allamah asy-Sakhawi dan Syaikh Ahmad Syakir (lihat kitab at-Targhiib wat Tarhiib II/497, Majma’uz Zawaa-id X/160, al-Qaulul Badii’, hal. 153 dan catatan pinggir kitab al-Musnad X/106)
[2] Al-Qaulul Badii’ fish Shalaati ‘alal Habiibisy Syafii’, hal. 153.
[3] Yaitu Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi. (Lihat kitab Buluughul Amaani, I/5).
[4] Ibid, (XIV/310).
[5] Yakni, aku ingin memperbanyaknya. (Mirqaatul Mafaatiih III/16).
[6] Maknanya, ‘berapa banyak aku bershalawat kepadamu pada waktu aku berdo’a untuk diriku.’ (Syarh ath-Thaibi III/1046).
[7] Maknanya, aku akan bershalawat pada semua waktu do’aku yang aku tujukan kepada diriku. (Syarah ath-Thaibi III/1045).
[8] Jaami’ at-Tirmidzi bab Shifatul Qiyaamah (VII/129-130 no. 2457), at-Tirmidzi berkata: “Ini adalah hadits hasan.” (Ibid, VII/130). Syaikh al-Albani menghasankan hadits ini (lihat kitab Shahiih Sunan at-Tirmidzi II/299).
[9] Al-Musnad (V/136 cet. Al-Maktab al-Islami), al-Hafizh al-Mundziri berkata: “Isnadnya shahih.” (At-Targhiib wat Tar-hiib II/501)
[10] Syarh ath-Thaibi (III/1046). Dan bagi yang ingin mengetahui lebih jelas lagi shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bacalah kitab Jalaa-ul Afhaam fii Fadh-lish Shalaati was Salaam ‘alaa Muhammadin Khairil Anaam, karya al-Imam Ibnu Qayyim, karena buku itu sangatlah bagus
- Home
- /
- B2. Topik Bahasan5 Shalawat...
- /
- Shalawat Para Malaikat Bagi...