Membuang Waktu
MEMBUANG WAKTU
Waktu ibarat wadah yang digunakan untuk menampung amal perbuatan kita, dan amal tersebut hanya terklasifikasi menjadi dua, adakala amal yang bermanfaat dan yang kedua amal yang membahayakan. Adapun manusia berperan sebagai alat yang melakukan pekerjaan amal tersebut. Dan membuang waktu pada perkara yang tidak penting itu lebih besar keberadaanya dari pada kematian. Hal itu,disebabkan karena manusia yang meninggal dunia itu hanya rugi pada keduniaannya saja, akan tetapi, gara-gara menyia-yiakan waktu mengantarkan dirinya pada dua kerugian, didunia merugi diakhirat juga merugi.
Sehingga juah-jauh hari Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mewanti-wanti kita dengan perintah -Nya agar kita selalu menjaga waktu, dengan menyibukkan pada pekerjaan amal sholeh, bisa dengan sholat, atau puasa, berhaji, berbuat kebajikan, berdzikir, bersyukur, beramal, jihad, dan mencari nafkah atau yang lainnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ١٦٢ لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ [ الأنعام: 162-163]
“Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi -Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [al-An’aam/6: 162-163].
Pada suatu ketika aku pernah melihat ada orang yang mencabik-cabik waktunya dengan cara yang terburuk, dirinya rela berkorban, baik fisik maupun pikiran untuk sesuatu yang tidak berfaedah sama sekali, tidak pula membawa kebaikan didalamnya, yaitu nongkrong dipinggir jalan, sambil menyapu bersih pemandangan orang yang lewat dihadapannya, menanggalkan kehormatan, melepas lidah, pendengaran serta matanya pada perkara yang diharamkan oleh Allah tabaraka wa ta’ala. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengingatkan hal itu dalam firman-Nya:
وَمَنْ يَّكُنِ الشَّيْطٰنُ لَهٗ قَرِيْنًا فَسَاۤءَ قَرِيْنًا [ النساء: 38]
“Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang paling buruk”. [an-Nisaa’/4: 38].
Aku berkata dalam hati, “Adapun orang semacam ini apakah mampu untuk memahami dirinya sendiri, bisa terbangun dari tidur panjang kelalaiannya, kemudian menginvestasikan sisa umurnya untuk beramal sholeh, dan segala perkara yang mampu mendekatkan diri kepada Rabbnya, dan mencari sesuatu yang bisa membawa manfaat untuk dunia dan akhiratnya? Sungguh dirinya termasuk dari kalangan yang diseru oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا [ الاسراء: 36]
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.[al-Israa’/17: 36].
Demikian pula masuk dalam firman -Nya:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ ٩٢ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ[ الحجر: 92-93]
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu”. [al-Hijr/15: 92-93].
Dan juga firman -Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ [ الحج: 77]
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. [al-Hajj/22: 77].
Kenapa ayat-ayat semacam ini hilang lafadh, makna, buah serta ancamannya dalam benaknya?
Tanaman apa yang sedang ia tanam kalau kehidupannya saja semacam ini? kemudian apa yang bisa diharapkan kelak setelah kematiannya? Dan bagaimana raut mukanya ketika harus bertemu dengan Rabbnya kelak? Apakah dengan ini manusia diciptakan? Tentu tidak, karena Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ ١١٥ فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ [ المؤمنون: 115-116]
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia”. [al-Mukminuun/23: 115-116].
Sungguh tidak ada kebahagian hakiki melainkan dengan mengikuti kebenaran. Dan langit dan bumi diciptakan dengan kebenaran maka wajib bagi kita mengetahui tentang kebenaran ini kemudian kita mengamalkan kebenaran tersebut serta mendakwahkan pada orang lain. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan tentang keutamaan berdakwah dalam firman -Nya:
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ [ فصلت: 33]
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”. [Fushshilat/41: 33].
Sesungguhnya Islam telah memberikan skema hidup bagi tiap muslim, dengan sebuah metode untuk bisa menghabiskan seluruh waktunya, yang penuh dengan amal sholeh, dengan tidak meninggalkan satu peluangpun bagi setan untuk menjadikan kehidupan manusia bersendau gurau serta menjadi boneka syahwatnya.
Yaitu dimulai dari sholat lima waktu, sholat-sholat sunah, amal sholeh, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah perbuatan mungkar, dakwah kepada -Nya, mengajari orang tentang syari’at-Nya, berpuasa, mencari rizki halal, berdzikir, berjihad dan lain sebagainya. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
وَالْعَصْرِۙ ١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ [ العصر: 1-3]
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. [al-Ashr/103: 1-3].
Sesungguhnya pohon yang rindang tidak akan merelakan benalu dan hama tanaman tumbuh dan menyerangnya. Maka hendaknya kita bersegera untuk beramal sholeh, sesungguhnya hal itu dapat mengalahkan kejelekan melalui izin Allah azza wa jalla. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ [ هود: 114]
“Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. [Huud/11: 114].
Sesungguhnya hati apabila dipenuhi dengan kebenaran niscaya kejelekan tidak akan mempunyai tempat didalamnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan melalui firman -Nya:
وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ٨١ وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَاۤءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا [ الاسراء: 81-82]
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. [al-Israa’/17: 81-82].
Dua hal, waktu dan umur yang pasti berlalu, dan diriku jikalau tidak engkau sibukkan untuk kebaikan niscaya dirimu akan tersibukkan dengan kebatilan. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
وَنَفْسٍ وَّمَا سَوّٰىهَاۖ ٧ فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰىهَاۖ ٨ قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ٩ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ [ الشمس: 7- 10 ]
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. [asy-Syams/91: 7-10].
Ketahuilah sesungguhnya amal perbuatan sangatlah banyak, jauh terbentang dan balasannya menunggu disana, apakah pernah kita sadari hal itu? Kalau seandainya kita paham, apakah sudah ada amal nyata? Karena setiap insan akan memperoleh balasan selaras dengan amalannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ ٣٩ وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰىۖ ٤٠ ثُمَّ يُجْزٰىهُ الْجَزَاۤءَ الْاَوْفٰىۙ [ النجم: 39-41]
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”. [an-Najm/53: 39-41].
Ketahuilah bahwa siang dan malam adalah dua harta karun dari harta karunnya Allah ta’ala, maka perhatikanlah oleh setiap kalian dengan apa akan engkau isi harta karun tersebut.
Ketika siang menyapa maka itu adalah tamumu maka muliakanlah dirinya. Karena jika seandainya engkau mampu menjamunya dengan baik maka ketika dirinya pergi dia akan memujimu. Namun, kalau sekiranya engkau berlaku buruk padanya maka dia akan pergi dengan umpatan dan celaan, demikian pula malam dia adalah tamumu. Oleh karena itu Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan dalam firman -Nya:
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ ١٣٣ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ [ آل عمران: 133-134]
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. [al-Imraan/3: 133-134].
Ya Allah, berilah taufik kepada kami agar mudah mengerjakan amal sholeh, dan jauhkanlah kami dari perbuatan keji dan dosa, serta jadikan kami sebagai hamba-hamba pilihan.
[Disalin dari الغيبة والنميمة Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijiri, Penerjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah , Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2014 – 1435]
- Home
- /
- A9. Fiqih Dakwah Tazkiyah...
- /
- Membuang Waktu