Mengapa Terorisme Dikecam

MENGAPA TERORISME DIKECAM

Oleh
Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, MA

Tujuan Dari Pembahasan Tentang Terorisme

1. Sebagai jawaban terhadap tuduhan bahwa sebab lahir terorisme karena kepanatikan kepada ajaran Islam. Melalui bahasan ini kita buktikan bahwa Islam sangat mengutuk terorisme.
Sesungguhnya Islam adalah agama yang damai dan mencintai kedamaian sesuai dengan makna dari kata-kata Islam itu sendiri. Hal ini telah dibuktikan ketika masa pemerintahan Islam di kota Madinah. Kemudian ketika kaum muslimin menguasai negeri Syam (Palestina). Begitu pula ketika kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol). Orang-orang non muslim hidup tentram di bawah kekuasan Islam.

Nabi Islam adalah nabi pembawa rahmat tidak hanya untuk umatnya semata akan tetapi bagi seluruh alam termasuk binatang sekalipun.

Sebagaimana Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ [الأنبياء/107]

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta”.

Berikut bukti betapa agungnya akhlak nabi Muhammad terhadap musuh-musuh Islam:

Sebagaimana ketika mengajak masyarakat Thoif masuk Islam. Mereka menolak masuk Islam dan menyuruh para pemuda dan orang bodoh melempari nabi dengan batu kerikil. Sehingga kaki dan tumit Nabi berdarah dan beliau tidak sadarkan diri kecuali sesampai di Qornu Tsa’alib. Lalu Allah mengutus malaikat Jibril kepada beliau dan menyampaikan bahwa Allah mendengan perkataan kaummu dan apa yang mereka lakukan terhadapmu. Allah telah mengutus kepadamu malaikat Jibal (gunung). Mereka siap melakukan apa yang engkau kehendaki untuk kaummu dari kebinasaan. Lalu malaikat Jibal mendekati Nabi ﷺ. Lalu berkata: Aku diperintahkan Allah untuk menemuimu agar aku melakukan apa yang engkau inginkan terhadap mereka. Jika engkau menginginkan agar aku menjatuhkan kedua gunung Makkah ini di atas mereka, aku siap melakukannya. Jawab Rasulullah ﷺ: “Aku berhadap semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang yang mau mneyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”[1].

Demikian pula ketika Rasulullah menaklukkan kota Makkah, ia berkata:

«مَنْ دَخَلَ دَارَ أَبِى سُفْيَانَ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَلْقَى السِّلاَحَ فَهُوَ آمِنٌ وَمَنْ أَغْلَقَ بَابَهُ فَهُوَ آمِنٌ» رواه مسلم.

“Barangsiapa yang masuk rumah Abu Sofyan, maka ia aman. Barangsiapa yang meletakkan pedangnya, maka ia aman. Dan Barangsiapa yang bersembunyi dirumahnya, maka ia aman”.

Dalam suatu peristiwa diceritakan oleh Aisyah isteri Nabi ﷺ:

عن عائشة رضي الله عنها قالت: استأذن رهط من اليهود على النبي فقالوا السام عليك فقلت بل عليكم السام واللعنة، فقال: (يا عائشة إن الله رفيق يحب الرفق في الأمر كله)، قلت أولم تسمع ما قالوا، قال: (قلت وعليكم)  رواه البخاري

Dari Aisyah Radhiyallahu anhuma ia berkata: Berberapa orang Yahudi masuk menemui Nabi . Lalu mereka mengatakan: “Kematianlah atasmu” (semoga engkau ditimpa kebinasaan). Aku membalas dengan ucapan: “Atas kalian kematian dan laknat”(semoga kalian ditimpa kebinasaan dan laknat Allah) . Maka Nabi menegur: “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah Maha Lembut menyukai kelembutan dalam segala urusan”. Aisyah berkata: tidakkah engkau dengar apa yang mereka katakan? Jawab beliau: Aku sudah jawab: “Dan atas kalian“.

2. Sebagai untaian nasehat kepada kelompok terorisme yang mengatasnamakan aksi-aksi teror mereka sebagai jihad fi sabilillah.

عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ قَالَ « الدِّينُ النَّصِيحَةُ » قُلْنَا لِمَنْ قَالَ « لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ » رواه مسلم.

“Dari Tamim Ad-Daary Radhiyallahu anhu bahwa Nabi bersabda: “Agama adalah nasehat”. Kami (para sahabat) bertanya,”Bagi siapa?” Beliau bersabda,”Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya dan bagi penguasa kaum muslimin serta rakyatnya.” (HR.Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan:

عن أنس  قال: قال رسول الله (انصر أخاك ظالما أو مظلوما). فقال رجل يا رسول الله أنصره إذا كان مظلوما أفرأيت إذا كان ظالما كيف أنصره؟ قال (تحجزه أو تمنعه من الظلم فإن ذلك نصره) رواه البخاري.

Dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Tolong saudaramu yang menzalimi dan dizalimi”. Maka seseorang bertanya: Ya Rasulullah, aku menolong apabila ada yang dizalimi. Maka bagaimana cara menolong orang berlaku zalim? Beliau menjawab: “Engkau menghalangi dan menceganya dari berbuat zalim. Maka demikian cara menolongnya”.

3. Sebagai sanggahan terhadap pihak yang mengkaitan antara terorisme dengan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Baru-baru ini banyak pihak-pihak tertentu yang berupa mengkait-kaitkan aksi terorisme dengan dakwah Ahlussunnah yang tegakkan oleh tokoh pembaharu paham Ahlus Sunnah Syeikh Muhammad bin Abdul wahab. Apa mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa ulama yang paling getol memerangi terorisme adalah para ulama yang mengikuti dakwah Ahlus Sunnah. Oleh sebab itu ancaman teroris yang paling besar adalah terhadap negara Ahlus Sunnah Saudi Arabia. Bahkan para gembong teroris mengkafirkan para ulama yang membongkar kesesatan mereka. Termasuk kelompok pro teroris di negeri ini beberapa bulan yang lalu menerbitkan dalam sebuah majalah mereka penghinaan terhadap pemerintah dan ulama Saudi Arabia[2].

Penulis tidak melihat perjuangan dan kesungguhan Ulama dalam menumpas terorisme sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama Saudi Arabia. Setiap saat mereka menerangkan kepada umat tentang bahaya laten terorisme, baik dalam bentuk karya ilmiah, tulisan, artikel, ceramah, fatwa, seminar dll. Bahkan mereka menupas teroris keakar-akarnya. mereka menjelaskan dan membongkar kesalahan para tokoh teroris dalam beragumentasi dengan ayat dan hadits. Silakan baca buku-buku (kitab-kitab) yang akan kami sebutkan di akhir pembahasan ini.

Bahkan gembong-gembong teroris internasional mengkafirkan para ulama yang membongkar kesesatan mereka tersebut. Bagaimana bisa dikatakan bahawa dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ada kaitan dengan teroris. Kami meminta bukti kepada setiap orang melontar tuduhan dan fitnah tentang terkaitnya dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan terorisme. Kami tidak meminta satu kitab, tetapi cukup satu ungkapan saja dari ulama yang mengikuti dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab mengarah pada dokrin teror. Menurut hemat kami orang yang menuduh tentang adanya kaitan antara tororisme dengan  dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab ada beberapa kemungkinan:

Pertama: Adakalanya ia belum mengenal, belum memahami serta belum mengerti apa itu terorisme dan bagaimana dokrin pemahamannya.

Kedua: Atau adakalanya ia belum mengenal, belum memahami serta belum mengerti tentang landasan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dan bagaimana pemahamannya.

Ketiga: Atau adakalanya ia hanya mengembil informasi dari sepihak, yaitu dari pihak yang mudah menuduh, mudah berkesimpulan sebelum mengadakan eksperimen, penelitian dan pengkajian mendalam terhadap pihak yang dituduh.

Keempat: Atau sengaja ingin melakukan sebuah propaganda dalam memecah belah umat Islam, dengan mengelompokkan mereka kedalam berbagai kelompok lalu membenturkan antara satu kelompok dengan yang lainnya.

Kelima: Atau ada agenda dan tujuan tertentu dibalik tuduhan itu semua, bisa saja dari musuh Islam atau dari musuh dakwah Ahlus Sunnah, atau mungkin saja dari kelompok yang mendukung tindakan terorisme untuk mengalihkan tuduhan[3].

Definisi Terorisme.
Belum ada kesepakan terhadap definisi terorisme yang dapat diterima oleh semua pihak. Berbagai definisi yang dikemukakan oleh berbagai pakar dan pengkaji tidak terlepas dari berbagai tangapan yang menolak. Bahkan salah seorang pakar mengatakan ada sekitar 180 definisi tetang terorisme[4].

Baca Juga  Sejarah Awal Mula Pemberontakan Dalam Islam

Satu hal yang amat perlu diperhatikan oleh kita semua adalah jangan meindetikkan dengan agama tertentu apalagi dengan agama Islam. Sebab aksi teror tidak dibenarkan dalam ajaran agama manapun sebagaimana pengakuan pemeluk setiap agama.

Setelah melihat berbagai definisi yang dikemukakan oleh berbagai pakar, di sini kami mencoba memilih dan menyimpulkan sebahagian dari definisi-definisi tersebut. Kesimpulan penulis tentang definisi terorisme adalah:

Dokrin dan aksi terorganisir yang mengancam keselamatan jiwa dan harta orang banyak dengan pembunuhan dan penghacuran tanpa alasan dan tujuan yang benar.

Maka Terorisme dokrin dan acaman gerakan terencana terhadap jiwa dan harta orang banyak tanpa alasan dan tujuan yang benar.

Akan tetapi istilah terorisme baru dikenal beberapa tahun belakangan ini. Diawali sejak perang dingin antara dua negara adikuasa berakhir, setelah kalahnya adikuasa Uni Soviet dalam melawan Afganistan. Lalu negara-negara Islam yang barada dalam cengkraman negara tersebut berusaha melepaskan diri. Kemudian lebih mengemuka lagi setelah kejadian 11 September di Amerika Serikat th 2001.

Namun yang sangat menggelitik sekaligus memalukan adanya pernyataan dari salah seorang yang dianggap sebagai tokoh Islam bahwa ciri-ciri teroris adalah jenggotan, celana cingkrang dan selalu membawa mushaf kecil. Hal ini menunjukkan keterbelakangan tokoh tersebut dalam segi informasi dan pemikiran apa lagi tentang pemahaman ajaran agama. Pernyataan tersebut disamping tidak sesuai dengan fakta juga terselib bentuk kebencian terhadap umat Islam yang berusaha menjalan agamanya sesuai dengan yang diperintahkan Rasulullah .

Terorisme Sejak Dulu Sampai Sekarang
Jika kita teliti sesungguhnya aksi teror sudah lama berlangsung dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Aksi teror telah dilakukan oleh penetang dakwah para rasul. Mereka memburu dan membunuh para pengikut mereka. Seperti apa yang dilakukan oleh:

  1. Kaum Babilonia terhadap nabi Ibrohim Alaihissalam,
  2. Kaum Fir’aun terhadap nabi Musa Alaihissalam dan pengikutnya,
  3. Kaum Yahudi terhadap nabi Isa Alaihissalam dan pengikutnya.
  4. Kaum Quraisy terhadap nabi Muhammad dan pengikutnya.
  5. Hitler Nazi di jerman
  6. Kaum Nasrani terhadap orang-orang Islam di Spanyol.
  7. Israil terhadap muslim Palestina
  8. Serbia terhadap muslim Bosnia
  9. Soviet terhadap Muslim di negeri-negeri Islam Balkhan
  10. PKI di indonesia
  11. Syi’ah Rofidhoh terhadap Ahlus Sunnah di Iran

Sebab-Sebab Muncul Dan Berkembangnya Terorisme
Mengenal sebab tentang sesuatu hal yang ingin kita obati adalah amat penting. Karena melalui sebab-sebab tersebut akan dilakukan diagnosa untuk memberikan terapi yang tepat terhadap suatu penyakit. Maka oleh sebab itu sebelum memberikan terapi penting kita mengenal sebab akibat dari suatu penyakit. Supaya terapi yang diberikan tepat mengena sasaran. Maka kesembuhan akan sangat cepat dapat dipulihkan. Bahkan terapinya tidak mesti makan obat, tetapi cukup menghindari sebab-sebabnya saja.

Jika kita cermati banyak sekali persoalan yang mendukung dan menyebabkan muncul dan berkembangnya terorisme. Pada berikut ini kita akan sebutkan yang paling dominan saja, diantaraya:

  1. Penjajahan dan pencaplokan terhadap negara-negara muslim. Seperti Palestina, Iraq, dan Afganistan. Dunia bungkam seribu bahasa terhadap penjajahan yang dilakukan Israil dan Amerika. Kenapa presiden Gorge Bush tidak dibawa ke mahkamah hukum international sebagai penjahat perang. Karena telah menetang keputusan PBB dan dunia international dalam penyerbuanya ke Iraq. Bahkan alasan penyerbuan tersebut tidak terbukti seperti yang dituduhkan bahwa adanya pembuatan senjata pembunuh masal dan nuklir di Iraq. Demikian pula kekejaman Israil terhadap rakyat Palestina. Kenapa dunia international tidak menindak dan menghukum Israil terhadap kejahatan dan kekejamannya di Palestina. Kenapa Israil boleh membangun pabrik pengayaan uranium dan senjara nuklir tetapi negara lain tidak. Apakah ini semua yang dinamakan sebagai keadilan dan demokrasi yang diterapkan dan dipaksakan oleh barat dan Amerika kepada negara-negara lain?

Sesungguhnya semua hal ini tidak luput dari perhatian pemimpin-pemimpin negara muslim. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan kepada mereka untuk berani berbicara di dunia international demi keadilan.

Kenapa yang dihancurkan dan dimusnahkan adalah negara dan manusia yang tidak bersalah hanya demi untuk menangkap Saddam dan Bin Ladin? Sesungguhnya orang-orang kafir memang tidak akan pernah berbuat adil.

وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ [البقرة/254]

“Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim”.

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ [إبراهيم/42]

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”.

إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ [يوسف/23]

“Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”.

  1. Penindasan terhadap umat Islam di berbagai belahan dunia. tertama di negara-negara yang mayoritas non muslim, mereka dikekang dan dibelenggu dari menjalankan ajaran agama mereka secara sempurna. Walaupun menurut undang-undang international setiap individu dijamin kebebasan untuk menjalankan agamanya. Akan tetapi undang-undang ini hanya dinikmati oleh non muslim yang berada di negara-negara Muslim. Adapun untuk orang muslim yang berada di negara-negara non muslim undang-undang tersebut tidak diberlakukan. Tentu yang berkewajiban menyampaikan hal ini adalah para penguasa muslim di hapan para pemimpin dunia.
  2. Terdapatnya kezoliman dari sebagian penguasa terhadap aktifis-aktifis dakwah, yang menimbulkan dendam yang bekepanjangan dalam diri sebagian mereka.

Kemudian diiringi dengan komplik perebutan kebijakkan dalam kekuasaan antara aktifis dakwah dengan sebagian penguasa. Sehingga tidak jarang bermuara kepada penculikkan dan pembunuhan dari pihak penguasa terhadap aktifis dakwah. Ditambah lagi adanya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang sengaja membenturkan antara umat Islam dengan pihak penguasa. Sehingga ada kekwatiran dari pihak penguasa akan terjadinya Islamisasi terhadap sebuah bangsa. Lalu dianggap dapat mengganggu keamanan dan persatuan bangsa.  Kesalahan tidak dipihak tertentu, tetapi dari kedua belah pihak terdapat kesalahan. Karena diantara aktifis dakwah ada yang menjadikan isu Islam sebagai batu locatan untuk memuaskan nafsu politiknya. Tetapi perlu diyakini oleh semua penegak bangsa ini bahwa Islam adalah perekat persatuan bangsa. Islam menyuruh pemeluknya untuk taat kepada penguasa dalam segala kebenaran. Islam mengharamkan tindaka-tindakan yang dapat melemahkan penguasa walau terdapat penyimpangan di tengah-tengah penguasa.  Hal ini ditekan oleh setiap ulama dalam kitab-kitab aqidah Ahlus Sunnah wal jama’ah.

  1. Kebodohan umat terhadap agama terutama masalah aqidah dan hukum-hukum jihad.

Tatkala kebodohan dan kemunduran terhadap pemahaman agama tersebar di tengah-tengah masyarakat Islam  terlebih khusus generasi muda. Pembodohan tersebut ada yang  disengaja di program dalam sistem pendidikan dan ada pula yang tidak disengaja. Hal ini menjadi ladang yang subur bagi alira-aliran sesat untuk menyebarkan dokrin-dokrin mereka termasuk gerakan terorisme terutama dikalangan generasi muda.

  1. Ghuluw (eksrim) dalam pemahaman dan pengamalan agama dari sebagian generasi muda Islam. Semangat beragama yang tidak diiringi dan didukung oleh pengetahuan agama yang cukup dan pemahaman yang benar sering membawa kepada sikap ekstrim dalam bersikap dan bertindak. Sesungguhnya setan dalam menjerumuskan manusia kedalam kesesatan dengan dua pintu; pintu syahawat (maksiat) dan pintu syubuhaat (bid’ah/ghuluw). Jika seseorang gila syahwat maka setan menyestkanya melalui pintu maksiat. Dan bila seseorang senang berbuat taat, setan menyesatkan melalui pintu bid’ah/ghuluw. Hal ini terjadi jika keta’atan tersebut tidak berdasarkan kepada ilmu dan sunnah.
Baca Juga  Kesesatan Ideologi ISIS (Islamic State Of Iraq & Sham)

Yang dimaksud dengan ghuluw adalah melampaui batas perintah agama kepada pebuatan bid’ah.

Berikut kita sebutkan dalil dari Al Qur’an dan sunnah tentang larangan tindakan ghuluw dalam agama:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ [النساء/171]

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ [المائدة/77]

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”

عن ابن عباس  قال قال رسول الله : ((يا أيها الناس إياكم والغلو في الدين فإنه أهلك من كان قبلكم الغلو في الدين)). رواه النسائي وابن ماجه وصححه الشيخ الألباني.

“Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu ia berkata, “Rasulullah bersabda: “Wahai manusia ! Jauhilah sikap ghuluw (ekstrim) dalam beragama. Karena sungguh sikap ghuluw beragama telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah serta dishohihkan oleh Syaikh Al-Bani)

  1. Jauh dari bimbingan ulama dalam mempelajari dan memahami ajaran agama.

Mempelajari agama dengan acara otodidak atau belajar agama bukan kepada ahlinya adalah penyebab utama lahirnya berbagai kesesatan dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama. Yang salah bukan agama, akan tetapi cara dan jalan yang ditempuh dalam memahaminya. Oleh sebab itu Allah perintahkan agar kita bertanya kepada ahlinya.

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [النحل/43]

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu tidak mengetahui”.

Jangankan ilmu agama, ilmu dunia sekalipun jika tidak dipelajari melalui ahlinya akan membawa kepada kebinasaan. Coba kita bayangkan jika seseorang ingin menjadi seorang dokter. Ia pergi ke toko buku lalu ia beli segala buku kedokteran. Kemudian ia coba memahami sendiri di rumah tanpa belajar kepada ahli kesehatan. Atau buku tersebut ia pahami menurut konsep dukun atau ia pelajari melalui dukun. Lalu setelah lima tahun ia membuka pratek pelayanan kesehatan, kira-kira bagaimana jadinya jika orang seperti itu mengobati masyarakat. Orang seperti ini pasti ditangkap dan diproses kepengadilan karena dianggap sebagai dokter gadungan. Tetapi sekarang banyak ulama dan da’i gadungan kenapa tidak ditangkap pada hal mereka jauh lebih berbahaya dari dokter gadungan.

Kemaren ia sebagai bintang film, pelawak, model, penyanyi dan bekas tahananan kejahatan. Tiba-tiba hari ini menjadi da’i kondang dan berfatwa dengan seenaknya. Tokoh politik pun ikut berbicara masalah agama dan mengacak-acak ajaran agama. Dan lebih sadis lagi belajar Islam kepada orang kafir, mereka yang sudah nyata-nyata sesat dalam memahami Turat dan Injil kok malah sekarang Al Qur’an dipelajari melalui mereka. Sekalipun terasa aneh tapi nyata.

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا » متفق عليه.

“Dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari (dada) manusia. Akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga tatkala Dia tidak menyisakan seorang pun yang berilmu maka manusia pun menjadikan para tokoh yang tidak berilmu (sebagai ulama). Lalu mereka ini ditanya (tentang permasalahan agama) maka mereka pun berfatwa tanpa didasari ilmu sehingga mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)

  1. Merajalelanya kemungkaran di tengah-tengah masyarakat, baik dari segi akhlak maupun pemikiran. Alasan kebebasan dalam berfikir dan bersikap telah membuka pintu lebar-lebar bagi para penyembah hawa nafsu dan kaum zindiq untuk merusak ajaran agama. Hal ini lebih tepat kita sebut kebablasan bukan kebebasan. Dan kebebasan seperti ini sangat sulit untuk dibedakan dengan kebebasan hutan belantara dengan kebebasan manusia yang memiliki akal. Sebaliknya bila ada orang yang menjalankan ajaran agama secara benar dianggap melanggar kebebasan. Kebebasan sepihak ini membuat sebagian pihak tidak senang dan memicu tindak teror di tengah-tengah masyarakat.
  2. Lemahnya pengawasan dari badan penegak hukum dalam menindak berbagai bentuk pelanggaran hukum yang terjadi. Terutama sekali bagi orang yang menghina dan mencela simbol dan hukum-hukum agama. Hukum Allah disalahkan dan dikritik habis-habisan, adapun undang-undang dan hukum buatan manusia tidak boleh dikritik dan disalahkan. Bagaimana jika seandainya ada seseorang yang menafsirkan Undang-undang 45, dan KUHP dengan seenaknya dan semaunya. Pasti orang tersebut akan dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Namun bila ada orang yang menafsirkan Al Qur’an dengan seenaknya lalu mengolok-olok hukum Allah dan isi Al Qur’an, Bila dituntut untuk dihukum dan diproses, dianggap bertentangan dengan undang-undang hak asasi manusia.

Kurangnya kematangan para da’i dari segi ilmu, kesabaran dan pengalaman dalam menghadapi tantangan dakwah. Sebahagian orang ada yang menginginkan jika berdakwah mulai di pagi hari, maka di sore hari harus melihat perubahan total 160 derajat. Hal ini bertentangan sunnah kauniyah dan sunnah syar’iyah. Secara kauniyah segala sesuatu mengalami perubahan dengan cara berangsur-angsur. Demikian dalam sunnah syar’iyah, Allah menurunkan syari’atnya secara berangsur-angsur. Diantara para nabi ada yang berdakwah ratusan tahun, seperti nabi Nuh Alaihissallam, akan tetapi beliau sabar dalam menunggu hasil. Diantara mereka juga yang diutus kepada penguasa yang kejam, seperti nabi Ibrahim Alaihissallam dan nabi Musa Alaihissallam, mereka sabar dalam mendakwahi kaumnya. Tidak pernah mengajak pengikutnya untuk menculik dan merusak pasilitas negara. Demikian pula halnya nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau di Makkah, beliau disiksa dan dihina, bahkan ada keluaga Ammar bin Yasir disiksa dihadapan beliau. Ketika itu beliau tidak melakukan perbuatan teror kepada orang kafir, bahkan menyuruh sebahagian sahabat untuk hijrah ke negeri Najasyi yang beragama Nasrani. Tidakkah para da’i kita mengambil ‘ibroh dan pelajaran dari perjalanan dakwah nabi kita Muhammad ﷺ.

Disalin dari Dzikra
________
Footnote
[1] Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari: 3/1180 dan Muslim: 5/181
[2] Lihat majalah ”Risalah Mujahidin Th III/Edisi 26 terbit Shafar 1430 H/Jan-Feb 2009M. Dengan topik:  “Poros Setan Mencabik Islam Di Tanah Haram” dan “Dinasti Saudi Satu Trah Dengan Yahudi”.
[3] Baca tulisan kami “Apa Itu Wahabi” dalam majalah “Adz Dzakhiirah” edisi no 54 terbit bulan Ramadhan th 1430 H
[4] Lihat kitab “As Su’udiyuun Wal Irhaab”. Hal: 75.

  1. Home
  2. /
  3. A8. Politik Pemikiran Terorisme...
  4. /
  5. Mengapa Terorisme Dikecam