Fadhilah Istiqamah Menjalankan Perintah Allah
FADHAIL AKHLAK
Fadhilah lemah lembut.
Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله- صلى الله عليه وسلم- قال: «يَا عَائِشَةُ إنَّ الله رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ، وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لا يُعْطِي عَلَى العُنْفِ، وَمَا لا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ» متفق عليه
Dari `Aisyah Radhiyallahu `anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut, dan menyukai sikap lemah lembut, dan Dia akan memberi kepada orang yang bersikap lemah lembut sesuatu yang tidak diberikannya kepada orang yang bersikap kasar dan juga memberi sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada sikap selain lemah lembut.” Muttafaq alaih [1]
Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عن عائشة رضي الله عنها عن النبي- صلى الله عليه وسلم- قال: «إنَّ الرِّفْقَ لا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إلَّا زَانَهُ، وَلا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إلَّا شَانَهُ». أخرجه مسلم.
Dari `Aisyah Radhiyallahu `anha , bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda: “Sesungguhnya lemah lembut bila disertakan pada suatu maka dia akan menghiasinya. Dan bila dicabut dari sesuatu maka hal itu akan membuatnya menjadi buruk.” HR. Muslim .[2]
Fadhilah sifat Pemalu.
Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «الإيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإيمَانِ» متفق عليه.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Iman mempunyai cabang sebanyak enampuluh cabang lebih dan rasa malu adalah satu cabang dari keimanan”. Muttafaq ’alaih.[3]
Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عن أبي مسعود رضي الله عنه قال: قال النبي- صلى الله عليه وسلم-: «إنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلامِ النُّبُوَّةِ إذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ». أخرجه البخاري
Dari Abu Mas’ud Al Anshari Radhiyallahu anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya ucapan nabi yang pertama yang didengar manusia “bila engkau tidak malu maka lakukanlah sekehendakmu”. HR. Bukhari.[4]
Fadhilah sifat diam, menjaga lidah dari hal-hal yang tercela.
Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَاليَومِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ». متفق عليه
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam”.Muttafaq ’alaih.[5]
Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عن أبي موسى رضي الله عنه قال: قالوا يا رسول الله: أَيُّ الإسْلامِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» متفق عليه
Dari Abu Musa Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Wahai Rasulullah, siapakah orang muslim yang paling utama?”, beliau bersabda: “Orang yang apabila kaum muslimin yang lain merasa selamat dari gangguan lidah dan tangannya”. Muttafaq ’alaih. [6]
Fadhilah istiqamah menjalankan perintah Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)} [فصلت/30- 32]
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. [Fushshilat/41: 31 – 32]
Hadist Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عن سفيان بن عبد الله الثقفي رضي الله عنه قال: قُلتُ يَا رَسُولَ الله: قُلْ لِي فِي الإسْلامِ قَولاً لا أَسْألُ عَنْهُ أَحَداً بَعْدَكَ قَالَ: «قُلْ آمَنْتُ بِالله فَاسْتَقِمْ». أخرجه مسلم..
Dari Sufyan bin Abdullah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Wahai Rasulullah, katakan kepadaku suatu perkataan dalam Islam yang saya tidak menanyakan perkataan tersebut kecuali kepadamu”, beliau bersabda: “Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian istiqamahlah”. HR. Muslim. [7]
Fadhilah bersikap Wara’.
عن النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله- صلى الله عليه وسلم- يقول: «إنَّ الحَلالَ بَيِّنٌ، وَإنَّ الحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ، أَلا وَإنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمَىً، أَلا وَإنَّ حِمَى الله مَحَارِمُهُ، أَلا وَإنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً، إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلا وَهِيَ القَلْبُ» متفق عليه
Dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram itu telah jelas, di antara keduanya ada sesuatu yang hukumnya masih samar dan banyak manusia yang tidak mengetahuinya, dan barangsiapa yang menjauhi perkara-perkara yang samar berarti dia memelihara agama dan kehormatannya, dan barangsiapa yang melakukan perkara yang samar berarti ia telah terjatuh ke dalam sesuatu yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembala pada batas sautu padang (yang dilarang) sehingga gembalanya hampir memakan rumput padang (yang dilarang) tersebut, ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai batas larangan dan batas-batas Allah adalah perkara-perkara yang telah diharamkannya, ketahuilah dalam tubuh ada segumpal daging bila ia baik seluruh anggota tubuh menjadi baik, dan beliau ia rusak seluruh tubuh menjadi rusak, ketahuilah ia adalah hati”. Muttafaq ’alaih. [8]
[Disalin dariمختصر الفقه الإسلامي (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Fiqih Al-Qur’an dan Sunnah (Keutamaan Amal, Adab, Dzikir dan Doa-Doa) فقه القرآن والسنة في الفضائل والأخلاق والآداب والأذكار والأدعية ). Penulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :6927 dan Muslim no hadist: 2593.
[2] Diriwayatkan oleh Muslim no hadist: 2594.
[3] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :9 dan Muslim no hadist: 35.
[4] Diriwayatkan oleh Bukhari no hadist: 3484.
[5] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :6475 dan Muslim no hadist: 47.
[6] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :11 dan Muslim no hadist: 42.
[7] Diriwayatkan oleh Muslim no hadist: 38.
[8] Muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :52 dan Muslim no hadist: 1599.
- Home
- /
- A8. Ringkasan Fiqih Islam...
- /
- Fadhilah Istiqamah Menjalankan Perintah...