I’tikaf Menurut Sunnah yang Shahih
Daftar Isi
- Pengertian I’tikaf
- Bab I Hukum I’tikaf dan Dalil-Dalilnya
- Pembagian I’tikaf dan Keutamaannya
- Hadits-Hadits Shahih yang Mencantumkan Tentang I’tikaf Rasulullah
- Syarat-Syarat I’tikaf dan Tempat-Tempat yang Boleh Dilakukan I’tikaf di Dalamnya
- Dalil-Dalil yang Dipegang Para Fuqaha’ Dalam Menentukan Tempat I’tikaf dan Ketentuan Waktu I’tikaf yang Dapat Dilaksanakan
- Dalil-Dalil yang Mencantumkan Tentang Batas Waktu yang Dapat Dilaksanakan Dalam Pelaksanaan I’tikaf dan Rukun dan Syarat Sah I’tikaf
- Syarat Berpuasa bagi Orang yang I’tikaf
- Bab II Keluar Dari Tempat I’tikaf, Hukum-Hukum dan Syarat-Syaratnya
MUQADDIMAH
Pengertian I’tikaf
- I’tikaf dari segi bahasa bermakna menetap pada sesuatu atau menghabiskan waktu untuk sesuatu atau dengan bahasa sekarang disebut at-tafarrugh lahu (mencurahkan waktu untuknya).
Tashrifnya dari يَعْكِفُ – عَكَفَ (huruf kaf boleh didhammahkan dan boleh juga dikasrahkan), مُعْتَكِفٌ – اِعْتِكَافٌ – عَاكِفٌ
- I’tikaf menurut syari’at bermakna: menetapnya seorang muslim yang berakal dan baligh di dalam satu masjid dengan niat i’tikaf untuk waktu tertentu, sebagaimana akan datang rinciannya, insya Allah.
Dalam beberapa ayat al-Qur-an al-Karim tercantum kata i’tikaf yang menunjukkan satu arti, yaitu menetap pada sesuatu atau menghabiskan waktu untuknya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاَتَوْا عَلٰى قَوْمٍ يَّعْكُفُوْنَ عَلٰٓى اَصْنَامٍ لَّهُمْ
“…Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka…” [Al-A’raaf/7: 138]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang ucapan Nabi Musa Alaihissallam kepada Samiri:
وَانْظُرْ اِلٰٓى اِلٰهِكَ الَّذِيْ ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفًا
“…Lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya… [Thaahaa/20: 97]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang ucapan Ibrahim Alaihissallam:
اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖ مَا هٰذِهِ التَّمَاثِيْلُ الَّتِيْٓ اَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُوْنَ
“(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ‘Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya?’” [Al-Anbiyaa’/21: 52]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang ucapan Bani Israil:
قَالُوْا لَنْ نَّبْرَحَ عَلَيْهِ عٰكِفِيْنَ حَتّٰى يَرْجِعَ اِلَيْنَا مُوْسٰى
“Mereka menjawab, ‘Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.’” [Thaahaa/20: 91]
Adapun yang tercantum dalam al-Qur-an al-Karim dengan lafazh i’tikaf dengan makna syar’i yakni menetap di dalam masjid, sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Ibrahim dan Ismail Alaihissallam:
اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
“…Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud… [Al-Baqarah/2: 125]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum mukminin tentang adab dan syarat-syarat i’tikaf:
وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عَاكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ
“…Janganlah kamu campuri mereka itu (isteri-isterimu), sedang kamu beri’tikaf dalam masjid…” [Al-Baqarah/2: 187]
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Masjidil Haram:
وَالْمَسْجِدِالْحَرَامِ الَّذِيْ جَعَلْنٰهُ لِلنَّاسِ سَوَاۤءً ۨالْعَاكِفُ فِيْهِ وَالْبَادِ
“…Masjidil Haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir…” [Al-Hajj/22: 25]
Dikatakan bahwa maksud dari Masjidil Haram adalah kota Makkah dan maksud dari ‘Aakif adalah orang-orang yang bertempat tinggal di kota Makkah. Adapun maksud al-baad yaitu orang-orang yang datang dari negeri-negeri lain, kemudian kembali ke negerinya, wallaahu ‘alam.
[Disalin dari kitab Ad-Du’aa’ wal I’tikaaf, Penulis Syaikh Samir bin Jamil bin Ahmad ar-Radhi, Judul dalam bahasa Indonesia I’tikaf Menurut Sunnah yang Shahih, Penerjemah Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
- Home
- /
- A9. Fiqih Ibadah5 Puasa...
- /
- I’tikaf Menurut Sunnah yang...